Indeks integritas ujian nasional (IIUN) jenjang SMP pada UN 2017 mengalami peningkatan yang menggembirakan. Peningkatan ini terutam...
Indeks integritas ujian nasional (IIUN) jenjang SMP pada UN 2017 mengalami peningkatan yang menggembirakan.
Peningkatan ini terutama pada mata pelajaran Matematika.
Kabalitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengungkapkan, ada lima provinsi dengan IIUN tertinggi khususnya untuk capaian Matematika.
Kelima provinsi tersebut adalah Bangka-Belitung, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sumatera Barat.
Seperti halnya pada jenjang SMA, jelasnya, provinsi-provinsi yang tahun lalu rendah indeks integritas ujiannya, ketika beralih ke UN berbasis komputer (UNBK) mengalami penurunan nilai.
"Hasil tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa UNBK merupakan moda pengadministrasian tes yang lebih menjamin integritas pelaksanaan dan memberi gambaran capaian yang lebih handal," terang Totok di Jakarta.
Penurunan nilai mata pelajaran yang paling signifikan terlihat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Penurunan tersebut lanjut Totok, antara lain karena soal-soal UN semakin diselaraskan dengan tuntutan kurikulum.
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, salah satu tuntutan kurikulum adalah kemampuan bahasa fungsional dalam konteks sosial (literasi fungsional).
Selain itu, baik kurikulum 2006 maupun 2013 menuntut capaian level kognitif yang komprehensif, mulai dari mengingat hingga mengevaluasi dan mencipta.
Kisi-kisi UN sejak 2015 secara progresif diarahkan pada kesesuaian dengan tuntutan capaian kurikulum tersebut.
Beberapa aspek kemampuan bahasa seperti: menyimpulkan bacaan, memahami makna tersirat, menginferensi, serta kemampuan berpikir orde tinggi secara perlahan diperkenalkan di dalam soal-soal UN.
"Pengenalan soal-soal berpikir orde tinggi ini selain sejalan dengan tuntutan kurikulum juga dimaksudkan untuk lebih meningkatkan literasi melalui pembelajaran bahasa di sekolah," jelasnya.
Dia berharap, hasil ujian nasional bisa dijadikan dasar perencanaan dan intervensi yang tepat untuk menata langkah perbaikan.
Tindak lanjut harusnya dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, maupun guru.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan peningkatan kemampuan guru berdasar hasil-hasil ujian nasional maupun hasil-hasil ujian lainnya.
"Melalui pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan pembelajaran diharapkan peningkatan mutu secara berkelanjutan bisa dicapai," pungkasnya seperti dilansir dari JPNN.
Peningkatan ini terutama pada mata pelajaran Matematika.
Kabalitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengungkapkan, ada lima provinsi dengan IIUN tertinggi khususnya untuk capaian Matematika.
Kelima provinsi tersebut adalah Bangka-Belitung, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sumatera Barat.
Seperti halnya pada jenjang SMA, jelasnya, provinsi-provinsi yang tahun lalu rendah indeks integritas ujiannya, ketika beralih ke UN berbasis komputer (UNBK) mengalami penurunan nilai.
"Hasil tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa UNBK merupakan moda pengadministrasian tes yang lebih menjamin integritas pelaksanaan dan memberi gambaran capaian yang lebih handal," terang Totok di Jakarta.
Penurunan nilai mata pelajaran yang paling signifikan terlihat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Penurunan tersebut lanjut Totok, antara lain karena soal-soal UN semakin diselaraskan dengan tuntutan kurikulum.
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, salah satu tuntutan kurikulum adalah kemampuan bahasa fungsional dalam konteks sosial (literasi fungsional).
Selain itu, baik kurikulum 2006 maupun 2013 menuntut capaian level kognitif yang komprehensif, mulai dari mengingat hingga mengevaluasi dan mencipta.
Kisi-kisi UN sejak 2015 secara progresif diarahkan pada kesesuaian dengan tuntutan capaian kurikulum tersebut.
Beberapa aspek kemampuan bahasa seperti: menyimpulkan bacaan, memahami makna tersirat, menginferensi, serta kemampuan berpikir orde tinggi secara perlahan diperkenalkan di dalam soal-soal UN.
"Pengenalan soal-soal berpikir orde tinggi ini selain sejalan dengan tuntutan kurikulum juga dimaksudkan untuk lebih meningkatkan literasi melalui pembelajaran bahasa di sekolah," jelasnya.
Dia berharap, hasil ujian nasional bisa dijadikan dasar perencanaan dan intervensi yang tepat untuk menata langkah perbaikan.
Tindak lanjut harusnya dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, maupun guru.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan peningkatan kemampuan guru berdasar hasil-hasil ujian nasional maupun hasil-hasil ujian lainnya.
"Melalui pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan pembelajaran diharapkan peningkatan mutu secara berkelanjutan bisa dicapai," pungkasnya seperti dilansir dari JPNN.
COMMENTS