Bima - Tepat 200 tahun yang lalu, Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus. Dahsyatnya letusan gunung yang memiliki kaldera...
Bima - Tepat 200 tahun yang lalu, Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus. Dahsyatnya letusan gunung yang memiliki kaldera terluas di dunia ini tertulis dalam naskah kuno Bima, Bo Sangaji Kai.
Putri Sultan Bima, Sultan Muhammad Salahuddin, Siti Maryam Salahuddin (88) membacakan kisah sebelum meletusnya Gunung Tambora yang tertulis dalam naskah Bo. Meski sudah cukup tua, Maryam masih semangat membacakan naskah Bo saat ditemui oleh detikcom dan Tim Ekspedisi NKRI di kediamannya di Bima.
Beberapa hari sebelum letusan hebat tersebut terjadi, Raja Tambora mengirim utusan ke Bima, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sebab saat itu Gunung Tambora sudah cukup bergejolak.
"Karena sudah beberapa hari, ada bunyi di dalam gunung, ada letusan. Orang-orang ketakutan, ada apa ini. Raja kirim utusan ke Bima untuk selidiki," cerita perempuan yang akrab disapa Ina Kau Mary ini di kediamannya, Jl Gajahmada 1, Kota Bima, NTB, Jumat (10/4/2016).
Goncangan itu tak hanya dirasakan di sekitar Tambora saja, namun juga hingga ke Kota Bima. Sebaliknya, Belanda yang kala itu sudah mulai menduduki NTB, juga mengirim utusan untuk mengecek kondisi di Tambora. Namun sang utusan tak pernah kembali. Tambora meletus pada 1815.
"Dia malah perginya tanggal 10 malam. Besok pagi dia kena letusan mungkin. Ndak sampai balik lagi," kata Maryam.
Letusan Gunung Tambora disebut sebagai letusan terdahsyat sepanjang sejarah modern. Ratusan ribu jiwa meninggal dunia. Perkampungan hangus, bencana kelaparan dan kekeringan terjadi di mana-mana.
Di Eropa, matahari tak muncul sepanjang musim panas hingga setahun setelah peristiwa itu terjadi. Material-material letusan Gunung Tambora menutup atmosfer sehingga menghalangi pancaran sinar matahari ke bumi. Gunung yang semula berketinggian 4.300 mdpl tersebut kini menjadi 2.815 mdpl dan memunculkan kaldera seluas 8 km persegi di bawah puncak gunung.
COMMENTS